Apa yang terjadi jika seorang tukang service AC bisa meraup puluhan juta dalam sebulan?
Kedengarannya nggak biasa, kan? Tapi ini bukan cerita fiksi. Ini kisah nyata Pak Suparman, seorang teknisi AC yang awalnya hanya mengandalkan order kecil-kecilan, tapi berhasil meroketkan penghasilannya setelah belajar dari Pak Anggi dan langsung praktek tanpa banyak alasan.
Awalnya, hidup Pak Suparman ya gitu-gitu aja. Orderan ada, tapi nggak banyak. Penghasilan cukup buat makan, tapi nggak cukup buat mimpi lebih besar. Sampai akhirnya dia ketemu Pak Anggi yang ngajarin satu hal penting: manfaatin internet dan sosial media buat naikin bisnis
Pak Suparman nggak nunggu lama, dia langsung eksekusi.
Dari Service AC ke Jualan Online
Setelah belajar, Pak Suparman mulai aktif di sosial media. Dia rajin posting soal jasanya di Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Bukannya cuma pasang iklan asal-asalan, dia beneran bikin konten yang menarik. Mulai dari edukasi cara merawat AC, testimoni pelanggan, sampai promo servis murah buat tetangga. Hasilnya? Orderan makin banyak. Orang-orang di sekitar jadi tahu kalau ada tukang AC terpercaya yang gampang dihubungi.
Tapi yang bikin lebih gokil, Pak Suparman nggak cuma berhenti di situ. Dia lihat ada peluang lain: membantu orang-orang sekitar jual barang bekas. Banyak tetangga dan kenalannya yang pengen jual barang, tapi nggak ngerti caranya. Nah, Pak Suparman nawarin bantuan buat jualin lewat sosial media dan marketplace, dan dia ambil komisi dari setiap penjualan. Dari sini, penghasilannya mulai meledak.
Kuncinya? Nurut, Konsisten, dan Mau Belajar
Banyak orang yang belajar sesuatu, tapi cuma numpang lewat. Pak Suparman beda. Dia dengerin, dia praktek, dan dia konsisten. Kalau ada yang nggak jalan, dia cari cara buat perbaiki. Dia juga nggak takut nyobain strategi baru sampai nemuin pola yang cocok buat dia.
Sekarang, penghasilannya bukan cuma dari service AC. Dia punya jaringan pelanggan setia, dia jadi makelar online buat barang-barang orang sekitar, dan yang paling penting: hidupnya berubah. Dari sekadar cukup, jadi lebih dari cukup.
Jadi, kalau lo masih ragu buat mulai, ingat cerita Pak Suparman.
Ilmu itu nggak ada gunanya kalau cuma disimpan. Kuncinya ada di praktek.